Oleh : Rizky Yumeita
(Disampaikan sebagai tugas kuliah
Kegiatan Kehumasan)
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka.[1] Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka
tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita,
2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna
terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek,
penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap
stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan
pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam
kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses
aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga
individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta
sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya
dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan
rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan
antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka
diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan.
Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan
membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
Leavitt (dalam
Rosyadi, 2001) membedakan
persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan
luas.Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana
seseorang melihat sesuatu.Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari
individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama
dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar
melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan
penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau
konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami
hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali
menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang
memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati
serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara
saksama.Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada
kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan
menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa
yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran
yang berarti.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Persepsi
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi
karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal
berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan
kemauan.Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan
oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda
yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor
yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi.
Faktor-faktor ini dari:
1) Pelaku persepsi (perceiver)
2) Objek atau yang dipersepsikan
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja,
mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang
berdasarkan tindakan orang tersebut.Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum
alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada
manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan
mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan
penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian
yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan
pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena
ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi,
maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp
(dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor
pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan
struktural.Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal.
Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis
kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah
faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat
berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa
persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor
pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi
dilakukan.
Jenis-jenis persepsi
Proses
pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera
menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.
·
Persepsi visual:
Persepsi
visual:didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang
paling awal berkembang pada bayi, dan memengaruhi bayi dan balita untuk
memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi
secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam
konteks sehari-hari.
·
Persepsi auditori:
Persepsi auditori
didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.[5]
·
Persepsi perabaan:
Persepsi pengerabaan
didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.[5]
·
Persepsi penciuman:
Persepsi penciuman
atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
·
Persepsi pengecapan:
Persepsi pengecapan atau rasa
didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengertian Empathy
Empati didefinisikan
sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang
lain.Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain,
merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif
orang lain. Kata empati dalam bahasa inggris (Empathy) ditemukan pada tahun
1909 oleh E.B. Titchener sebagai
usaha dari menerjemahkan kata bahasa Jerman "Einfühlungsvermögen",
fenomena baru yang dieksplorasi oleh Theodor Lipps pada akhir abad 19. Setelah
itu, diterjemahkan kembali ke dalam Bahasa Jerman sebagai "Empathie"
dan digunakan di sana.
Empati adalah kemampuan
dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas,
berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami
emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain
rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain.
Selain itu, Empati adalah
kemampuan menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam.Empati adalah
kemampuan dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut. Sebagai
contoh sbb:
“hari ini … anda sedang bekerja dan kemudian karena ada sesuatu hal yang
menganggu aktifitas kerja hingga akhirnya mengalami penurunan aktifitas hingga
akhirnya terjadi konflik dengan rekan kerja hingga dengan pimpinan disuatu
perusahaan. Kemudian setelah pulang kerja, bertemu dengan teman anda dan anda
diajak bareng untuk “hang out” bersama teman anda, namun teman anda merasakan
anda sedang dalam kondisi gelisah, oleh karena itu teman anda mengontrol
keinginannya untuk “hang out” bersama anda dan mengajak sharing tentang masalah
anda. Hal itu bisa dikatakan curhat atau
sharing.Namun bila teman anda tidak ada rasa empati, maka raut muka anda menjadi
tambah gelisah dan tidak tenang.Maka anda merasa tidak cocok dengan teman anda,
sehingga membuat perasaan jengkel dan tidak senang. Dari contoh ini bisa
ditebak, hal apa yang akan terjadi tidak ada rasa saling memahami seseorang
atau orang lain”
Maka dari itu cara paling
baik memahami orang lain adalah dengan mengembangkan empati dalam diri anda.
Empati berbeda dengan simpati. Simpati itu berusaha memahami keadaan orang lain
dengan persepsi anda, bagaimana perasaan anda ketika anda berada dalam situasi
yang sedang saya hadapi. Empati lebih dalam daripada simpati, empati menuntut
anda berusaha memahami keadaan orang dari sudut pandang orang tersebut.
Seseorang yang memiliki sikap empati lebih mudah memotivasi orang lain.
Everett
M. Rogers & Dilip K. Bhowmik mendefinisikan emphaty sebagai kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Menurut
Sigmund Freudbahwa : “Empathy dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita”.
Kemudian menurut Stotland Dunn, Zender, dan Natsoulas
menyatakan bahwa : “Emphaty sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara
emosional karena ia menanggapi orang lain mengalami atau siap mengalami suatu
emosi”.
Sedangkan menurut Milton J. Bennett menyatakan bahwa : “imaginative
intellectual and emotional participation in another person’s experience” (ikut
serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain).
Menurut Jalaludin Rakhmat bahwa : “Pengertiam
empati dapat dikontraskan dengan pengertiam simpati. Dalam simpati kita
menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Bila saya
melihat anda menangis karena kehilangan kekasih anda, saya mencoba membayangkan
perasaan saya bila saya juga kehilangan kekasih.Saya beranggapan anda pun mempunyai
perasaan seperti perasaan saya. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita
pada posisi orang lain; kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam
pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian
yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain
melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.” (1985 : 166).
Apabila komunikator atau
komunikan atau pun kedua-duanya (dalam situasi heterophily) mempunyai kemampuan
untuk melakukan emphaty satu sama lain maka kemungkinan besar akan dapat terdapat
komunikasi yang efektif.
Sumber Mengutip:
·
Gerungan, W. A.
1996. Psikologi Sosial. (edisi kedua). Bandung : PT Refika Aditama.
0 komentar:
Posting Komentar