Oleh : Shara Dwi
Herawati
(disampaikan sebagai
tugas mata kuliah “Kegiatan Kehumasan”)
ETIKA PROFESI
- ETIKA
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni “ethos”
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini, etika
berkaitan dengan adat istiadat atau kebiasaan hidup yang dianggap baik oleh
kalangan masyarakat tertentu. Ada juga yang mengartikan etika adalah
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Bertens : 2004 ).
A.
Pengertian-pengertian
1. Etika
sebagai Sistem Nilai
Dalam
pengertian etika sebagai sistem nilai, etika berkaitan dengan kebiasaan yang
baik, tata cara hidup yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain dan juga baik bagi masyarakat
2. Etika
sebagai Filsafat Moral
Etika sebagai filsafat moral sebagai salah satu cabang ilmu filsafat
yang mempelajari dan membahas tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia
beserta pembenarannya.
Etika sebagai filsafat moral mempunyai pengertian
yang lebih luas dari pengertian etika sebagai sistem nilai karena pengertian
etika sebagai
filsafat moral adalah ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan benar atau salah
secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkrit. Situasi
konkrit adalah situasi dilematis, situasi sulit yang harus kita pilih antara
dua kemungkinan yang sama-sama tidak menguntungkan. Di dalam situasi ini kita hanya dapat memilih salah satu
nilai saja.
2.
Teori-teori Etika
1.
Etika Deontologi
Istilah Deontologi berasal dari kata Yunani “deon”, yang
berarti kewajiban, sedangkan “logos” berarti pengetahuan. Menurut
Etika Deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Suatu tindakan baik secara
moral, sehingga menjadi kewajiban kita untuk melakukan. Sebaliknya suatu
tindakan buruk secara moral, maka menjadi kewajiban kita untuk menghindari atau
tidak melakukannya.
2. Etika Teleologi
Teleologi berasal dari kata Yunani “telos”,
yang berarti tujuan. Etika Teleologi berbeda dengan Etika Deontologi, karena
Etika Teleologi tidak menilai perilaku atas dasar kewajiban, tetapi atas dasar
tujuan atau akibat dari suatu tindakan. Jadi Etika Teleologi menilai
suatu tindakan baik atau buruk berdasarkan tujuan atau akibat yang baik.
Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk, apabila bertujuan atau berakibat
buruk.
Etika Teleologi dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu egoisme
etis dan utilitarianisme.
·
Egoisme
etis menilai bahwa suatu tindakan
dianggap baik, apabila bertujuan atau berakibat baik bagi dirinya sendiri
·
utilitarianisme menilai
suatu tindakan baik, berdasarkan penilaian apakah perbuatan tersebut membawa
akibat yang baik bagi banyak orang..
3. Etika
Keutamaan
Berbeda dengan dua teori etika di atas, Etika Keutamaan tidak
mempersoalkan akibat suatu tindakan. Etika
Keutamaan juga tidak mengacu kepada norma-norma dan nilai-nilai universal untuk
menilai moral. Etika Keutamaan lebih memfokuskan pada pengembangan watak moral
pada diri setiap orang.
B. Macam-macam Pembagian
Etika
Secara
umum etika dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Etika Umum dan Etika Khusus.
1.
Etika Umum
Etika umum menyajikan suatu pendekatan yg teliti mengenai norma-norma
yang berlaku secara umum bagi setiap warga masyarakat. Kita membedakan tiga bagian, yakni norma sopan santun,
norma hukum dan norma moral. Norma moral sopan santun dibedakan dari norma
moral oleh karena hanya berlaku berdasarkan suatu kebiasaan. Norma-norma sopan
santun hanya berdasarkan kesepakatan disebut Konvensi.
2. Etika Khusus
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral
dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Dalam hal ini, norma dan prinsip
moral dipandang dalam konteks kekhususan bidang kehidupan manusia yang khusus.
Dengan kata lain, etika sebagai refleksi kritis rasional meneropongi dan
merefleksi kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada norma dan nilai moral
yang ada di satu pihak dan situasi khusus dari bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang dilakukan oleh setiap orang atau kelompok orang dalam suatu
masyarakat.
Dalam literatur yang
lain Keraf membagi etika:
1.
Etika Deskriptif
Etika deskriptif erat hubungannya dengan antropologi,
sosiologi dan psikologi. Etika
deskriptif mempelajari dan menguraikan moral sesuatu masyarakat, kebudayaan dan
bangsa.
2.
Etika Normatif
Secara
sistematis berusaha menyajikan serta membenarkan suatu sistem moral.
Tugas etika normatif ada
tiga macam :
1. Berusaha
menuangkan berbagai norma, peraturan, pernyataan kewajiban dan nilai moral yang
membentuk norma-norma sesuatu masyarakat.
2. berusaha
dengan berbagai cara membenarkan prinsip dasar moral. Suatu masyarakat dapat
memiliki berbagai norma moral yang konsisiten dan tidak konsisten
3. Meta
etika
Meta etika adalah
studi tentang etika normatif. Meta etika mengkaji makna istilah-istilah moral
dan logika dari penalaran moral.
2.
MORAL
A. Moral
Moral adalah kata yang cukup dekat dengan etika. Moral berasal dari Bahasa Latin “mos”
(jamak: “mores”) yang berarti : kebiasaan, adat. Secara etimologi kata “moral”
berarti adat kebiasaan. Secara harfiah, istilah moral sama dengan etika yang
berarti adat istiadat, kebiasaan yang baik, tata cara hidup yang baik.
B. Moralitas
Moralitas merupakan kesesuaian sikap dan perilaku
seseorang dengan norma-norma yang ada, yang terkait dengan baik buruknya suatu
perbuatan.
C. Norma/Kaedah
dalam Hubungannya dengan Moral
Norma berasal dari bahasa Latin yang berarti
penyiku, yaitu alat untuk mengukur sesuatu. Norma dalam bahasa Arab disebut
Kaedah, pada hakekatnya merupakan pedoman hidup, penuntun, petunjuk hidup,
bagaimana manusia harus bertindak baik dalam kehidupan.
A. Etos
Pemakaian kata etos yang sering kita dengar seperti
etos kerja, etos profesi, dan sebagainya. Etos adalah suatu kata yang telah
diterima dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris ethos berarti ciri-ciri
atau sikap dari individu, masyarakat, atau budaya terhadap kegiatan tertentu.
Apabila ada istilah etos kerja, maka ini dimaksudkan sebagai ciri-ciri atau
sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap kerja.
B. Etos Kerja dalam Hubungannya dengan Etika
Etos kerja merupakan sifat dasar seseorang dan sekelompok
orang dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Etos kerja bisa kuat atau lemah,
positif atau negatif, akan terlihat pada saat seseorang tersebut mengalami
hambatan atau tantangan dalam pekerjaannya. Etos kerja seorang individu akan
sangat dipengaruhi oleh etos kelompok, yaitu etos orang-orang yang ada
disekitarnya..
Etika (kebiasaan, watak) sesungguhnya mengacu pada
masing-masing pribadi seseorang yang mempunyai kebiasaan, akhlak atau watak
tertentu. Makna etika tersebut hampir sama dengan moral yang juga berarti
kebiasaan atau adat (Bertens, 1997:5). Sebagai kata sifat, moral
mengandung makna berkenaan dengan perilaku baik dan buruk. Dalam hubungan ini,
etika merupakan moral yang dapat menciptakan suasana khas pada bidang kerja
seseorang yang dibentuk oleh sifat dan sikap yang menumbuhkan naluri moralitas,
nilai-nilai kehidupan yang hakiki dan memberi inspirasi kepada manusia untuk
secara bersama-sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai kesejahteraan dan
kedamaian umat manusia.
4. ETIKET
Ada
beberapa perbedaan yang sangat penting antara etika dan etiket. Bertens (2004:
8-11) menyajikan beberapa perbandingan yang diringkas dan dipertegas sebagai
berikut :
·
Etiket
menunjukkan cara (yang dianggap tepat dan diterima) suatu tindakan yang harus
dilakukan manusia dalam suatu kalangan tertentu
·
Etiket
hanya berlaku jika ada orang atau pihak lain yang menyaksikan suatu tindakan.
·
Etiket bersifat relatif. Etiket sangat tergantung
pada anggapan kalangan atau budaya yang memberlakukan etiket.
Etika Berbusana
1. Mempergunakan
busana yang tidak melanggar aturan, norma, kepatutan dalam lingkungan dimana
kita berada. (di kampus jangan mempergunakan pakaian yang terbuka/terlihat
aurat atau anggota tubuh yang seharusnya ditutupi).
2.
Bisa
mengikuti mode, tapi tetap harus sesuai acara, sesuai waktu, sesuai tempat
3.
Hindari
menggunakan pakaian yang terlalu mencolok atau menarik perhatian orang,
terutama di tempat umum
4. Hindari
busana yang membuat anda sulit bergerak/melangkah
5. Hindari
aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi waktu anda bergerak
6. Hindari
aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi dan yang mudah tersangkut, karena anda
akan hilir mudik dipanggung dan belakang panggung serta berdekatan dan
bergesekan dengan orang lain.
7. Hindari
sepatu yang tidak nyaman dan bersuara keras waktu melangkah
8. Pastikan
busana anda sudah rapih, jangan membetulkan/ merapihkan sembarangan.
Etika dalam Percakapan
Percakapan
merupakan unsur penting dalam hubungan sesama manusia, nilai suatu percakapan
akan mempengaruhi suasana dan kelanjutan dari suatu hubungan. Dalam menciptakan
suatu percakapan yang menyenangkan diperlukan seni tersendiri dan hal inipun
memerlukan etika tersendiri.
Sikap
Pokok Yang Harus Dimiliki Pada Saat Berbicara
1. Mutual
Respect (Saling Menghargai)
2. Speak
Up (Berbicara Dengan Terang Dan Jelas)
3. Careful
Listening (Mendengar Dengan Sungguh-Sungguh)
4. Communication
Ability (Kemampuan Berkomunikasi)
5. Positive
Thinking (Berpikir Positif)
Sikap pada waktu bicara hendaknya sopan:
1. Jangan
sambil mengunyah permen karet
2. Jangan
menggaruk-garuk badan atau kepala
3. Jangan
bertolak pinggang atau tangan disaku
4. Jangan
tetap duduk jika seseorang datang mengajak kita berbicara, sedangkan orang itu
tetap berdiri (tentu tergantung siapa orangnya).
5. Tataplah
wajah lawan bicara kita
6. Janganlah
berbicara dengan rokok dimulut
7. Bila
sedang duduk dengan sikap yang santai sekali, dan seorang yang lebih tua
datang, duduk disebelah kita dan mengajak bicara, hendaknya sikap duduk
diperbaiki.
8. Jangan
terus menerus bicara sehingga tidak memberi kesempatan pada orang lain.
Apabila
berbicara dengan orang lain, yang harus diperhatikan ialah:
1. Volume
suara, keras atau lembut disesuaikan dengan situasi
2. Kecepatan
berbicara
3. Tinggi
rendahnya nada suara, jangan cempreng atau melengking
4. Nada
suara hendaknya mengandung keramahan
5. Pilihlah
kata yang sopan
Dalam
melakukan pembicaraan (conversation):
1. Jika
baru berkenalan jangan membicarakan agama, politik atau hal-hal yang sifatnya
sangat pribadi.
2. Jangan
memonopoli pembicaraan
3.
Bila ingin
mengundurkan diri, carilah alasan yang dapat diterima
4. Jangan
terlalu memperhatikan apa yang dikenakan oleh lawan bicara kita
5.
Ucapkanlah kata-kata dengan jelas dan terang, bila
kita kurang menangkap apa yang dikatakan oleh lawan bicara kita jangan
menggunakan hata “ha” atau “apa” melainkan gunakan maaf…..bisa diulang atau
dibantu.
Cara dan gaya bahasa berbicara dengan baik antara
lain:
1. Berbicara
cukup perlahan
2. Tidak
terlalu keras dan tidak terlalu lemah
3. Berbicara
bersemangat
4. Berbicara
ada tekanan tertentu
Seseorang
menjadi pendengar yang efektif:
1. Berhentilah
bicara karena seseorang tidak akan dapat mendengarkan dengan baik pada waktu ia
bicara
2. Timbulnya
suasana yang memungkinkan orang yang berbicara melakukannya dalam suasana bebas
tanpa diliputi oleh rasa takut.
3. Tunjukkan
kepada orang yang sedang bicara bahwa anda ingin mendengarkan hal-hal yang
ingin disampaikannya.
4. Tumbuhnya
rasa empati
5. Bersikap
sabar-jangan melakukan interupsi dalam bentuk apapun
6. Pendengar
hendaknya jangan emosional
7. Pendengar
sebaiknya mengajukan pertanyaan, misalnya untuk kejelasan yang sekaligus
berarti ia adalaah seorang pendnegar yang betul-betul menaruh minat pada hal
yang sedang dibicarakan
5. ETIKA KERJA/PROFESI
Definisi
profesi berdasarkan buku misalnya sebagai berikut: profesi merupakan
kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian
tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian
dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat
dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang
luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya;
serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut.
Secara umum ada 5 ciri yang disetujui oleh
banyak penulis sebagai ciri sebuah profesi. Adapun ciri itu ialah:
1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan intensif sebelum
memasuki sebuah profesi.
2. Pelatihan
tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.
Tenaga
yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Adapun
ketiga ciri tambahan tersebut ialah:
3.
Adanya
proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak
selalu perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat
praktek sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian lisensi atau sertifikat
tidak selalu menjadikan sebuah pekerjaan menjadi profesi.
4.
Adanya
organisasi. Hampir semua profesi memiliki organisasi yang mengklaim mewakili
anggotanya.
Dengan demikian sebenarnya kode etik tidak merupakan
syarat mutlak keberadaan sebuah profesi. Namun demikian karena kode etik
disusun oleh organisasi profesi maka keberadaan kode etik dapat dikaitkan
dengan keberadaan organisasi dan organisasi ini merupakan syarat tambahan,
berbeda dengan syarat mutlak yang dicantumkan dalam ketiga butir persyaratan sebuah
profesi.
6. PRINSIP-PRINSIP ETIKA
PROFESI
1. Tanggung
Jawab
·
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap
hasilnya
·
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masyarakat pada umumnya
·
Agar setiap profesi bertanggung jawab atas dampak dari
tugas terhadap perusahaan teman, buruh dan keluarga
2. Keadilan,
prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
3.
Otonomi,
prinsip ini menuntut setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan
dalam menjalankan profesinya.
0 komentar:
Posting Komentar