MENGENAL AKSIOMA KOMUNIKASI


Komunikasi ada dimana-mana, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di pasar bahkan di masjid sekalipun. Komunikasi memang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, dimulai sejak lahir. Bayi yang menangis kencang pada saat pertama menghirup nafas di luar rahim ibunya merupakan komunikasi yang pertama dilakukan. Seterusnya sejalan dengan perkembangan kehidupannya maka komunikasi yang dilakukan pun semakin bertambah luas dengan berbagai maksud dan tujuan.

Untuk keperluan apapun komunikasi dilakukan ; bagaimanapun cara komunikasi dilakukan dan dengan media apapun komunikasi dilakukan, persoalan komunikasi adalah bagaimana agar komunikasi yang dilakukan dipahami oleh komunikan dan berdampak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu sebelum membahas komunikasi atau menjalin komunikasi yang lebih jauh dan lebih beragam sebaiknya kita memahami aksioma dari komunikasi. Istilah aksioma sebagai sebuah prinsip dasar ini merupakan hal yang hampir tak terbantahkan lagi kebenarannya. Aksioma dasar tersebut adalah:

1. Segala yang kita lakukan adalah komunikasi
Sebuah komunikasi terjadi bukan karena kebetulan atau buka karena ‘kita ingin berkomunikasi’. Setiap komunikasi memiliki tujuan, manfaat, dan secara sadar memiliki motivasi tertentu. Harus kita akui memang terkadang pada awalnya kita berkomunikasi tanpa kesadaran untuk melakukannya dan pada saat yang sama bahkan kita tak menginginkannya. Yang pasti kapanpun dan dimanapun apabila terjadi singgungan komunikasi, kita dengan reflek akan menanggapinya. Tak harus membalas komunikasi tersebut. Diam, menggerakkan tangan, mengernyitkan dahi sudah merupakan bentuk tanggapan terhadap suatu rangsangan komunikasi.
Pada dasarnya, kita memperlihatkan banyak tanda (petunjuk) baik verbal maupun non-verbal sebagai bentuk komunikasi kita. Kondisi ini menjadi bukti bahwa, kita tak dapat untuk tidak berkomunikasi (we cannot not to communicate), karena seluruh perilaku kita adalah komunikasi dan memiliki nilai pesannya sendiri.

2. Cara pesan disampaikan selalu mempengaruhi bagaimana pesan tersebut diterima
Dalam proses komunikasi senantiasa terkandung dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi komunikasi berkaitan dengan tingkat data atau informasi dan menggambarkan perilaku yang diharapkan sebagai respon (tanggapan). Berlawanan
dengan itu, dimensi hubungan komunikasi menunjukkan bagaimana pertukaran itu diterjemahkan, serta sinyal apa yang dipikirkan seseorang tentang orang lain.Misalnya kalimat, “Jangan Ribut!” Isi kalimat tersebut adalah mengharap kan orang lain yang sedang membuat keributan untuk menghentikan kegaduhannya. Kalimat tersebut bisa berbeda makna hanya dengan mengubah intonasi dengan nada perintah, permohonan atau imbauan.
Perbedaan cara menyampaikan itu akan menandakan hakikat hubungan antar peserta komunikasi. Berdasarkan cara-cara tersebut, kita memberikan petunjuk kepada orang lain tentang bagaimana kita memandang hubungan kita dengan orang tersebut.

3. Komunikasi yang sebenarnya adalah pesan yang diterima, bukan yang diharapkan untuk diterima
Lalu lintas komunikasi yang begitu padat, membuat setiap manusia dikenai terpaan komunikasi yang beragam. Sebagai seorang komunikator yang harus kita pastikan adalah komunikasi/pesan yang disampaikan dipahami oleh komunikan, bukan seberapa banyak kita melemparkan pesan.

4. Cara kita memulai pesan seringkali menentukan hasil komunikasi
Ada iklan yang menyatakan ”Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda”. First impression menjadi sangat penting dalam kita memulai komunikasi. Sering terjadi kegagalan komunikasi padahal komunikasi baru dimulai. Itu terjadi karena komunikan tersinggung di saat kita mulai mengawali komunikasi. Bisa jadi karena pilihan kosa kata dan dan nada suara membuat tersinggung komunikan sehingga respon pertama sudah menjaga jarak bahkan menolak komunikasi. Oleh karenanya keberhasilan komunikasi ditentukan oleh ”kesan pertama” pada saat kita mengawali komunikasi.

5. Komunikasi merupakan jalan dua arah, kita harus dapat memberi tidak hanya menerima
“Seorang pembicara yang baik (a good speaker) muncul dari seorang penyimak yang baik (a good listener).” Seorang Komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya. Dan ketika komunikannya memberikan tanggapan maka dengan sendirinya peran beralih, dari komunikator menjadi kpmunikan, dari seorang komunikan mengambil alih jadi komunikator. Proses pergantian peran ini akan berhasil apabila masing-masing pihak memanfaatkan lalu lintas komunikasi dua rah ini dengan baik. Dengan demikian dalam sebuah proses komunikasi tidak hanya memberi melainkan juga menerima. Jika komunikasi kita ingin berhasil, maka kita tidak hanya menyampaikan komunikasi dengan jelas, namun kita juga harus menyimak komunikasi orang lain, sehingga komunikasi itu menjadi jelas. Pada akhirnya, pengertian dan kesepahaman akan didapat.

6. Komunikasi adalah ‘tarian’
Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya komunikasi tidak hanya sekedar memberi dan menerima. Dengan demikian ada proses ”kebersamaan” dalam menjaga keberlangsungan komunikasi. Pihak-pihak terkait harus melakukannya bersama-sama.. Oleh karenanya, tidak akan ada komunikasi yang sama. Karena pengalaman komunikasi kita dengan mereka akan berbeda setiap saat. Ibarat sebuah tarian kolosal, maka semua penari harus menyelaraskan gerakannya agar terlihat indah, tidak atas kemauan pribadinya sendiri.

Dengan memahami prinsip dasar dalam berkomunikasi, maka insyaallah komunikasi akan berlangsung sebagaimana yang diharapkan dan memiliki dampak sebagaimana yang diharapkan. (R.Nie dan dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar