Iklan Full Body Painting

DI London, Inggris, orang-orang di jalanan senantiasa menyaksikan pemandangan baru karya-karya seni rupa yang berjalan-jalan. Karya-karya tersebut adalah lukisan-lukisan di tubuh bus, baik yang bertingkat (double decker) atau tak bertingkat (single decker). Bak merak yang memamerkan keelokan tubuhnya, bus-bus itu menyusur rute demi rute. Kehadiran ribuan bus bergambar ini tentulah mewarnai kota London yang setiap harinya ditutup kabut kesibukan, nyaris tidak tembus warna-warni cahaya.

Masyarakat di sepanjang trotoar New York, Amerika Serikat, dalam setiap kwartal digembirakan dengan kemunculan baliho-baliho film baru yang meluncur dari halte ke halte. Meluncur, karena baliho-baliho ini menempel di tubub-tubuh bus. Daya indah dan promosi poster yang dirancang desainer poster film, di-terjemahkan di atas lekuk-lekuk tubuh bus hingga kemudian film Evita, The English Patient, Jerry Maguire atau Mars Attack seperti digotong ke mana-mana. Masyarakat New York, selain disuguhi informasi kultural juga dilintasi hiburan visual dari jam ke jam.

Lukisan-lukisan iklan di tubuh bus atau full body painting advertising, kini semakin diminati banyak pihak. Pasalnya, di mata penghasil produk, peneraan iklan di tubuh kendaraan umum seperti bus dinilai sangat efektif. Gambar-gambar iklan tidak dicari oleh mata para konsumennya, namun sebaliknya, justru

menghampiri pandangan masyarakat di mana saja. Mobilitas bus kota yang tinggi menjanjikan kerapnya perjumpaan mata publik dengan seni rupa promotif itu. Kesadaran efektivitas pro-mosi lewat tubuh bus, mendorong tumbuhnya kreativitas perancang desain iklan di tubuh bus. Tak cuma di kota gemerlap seperti London, New York, Ber-lin atau Paris saja seni rupa bus kota itu muncul, tapi juga di Jakarta.

Di kota berpenduduk sekitar sembilan juta manusia ini bus hadir sebagai sarana ang-kutan yang amat vital. Ia bergemuruh melintas-lintas dari Blok M ke Kota, dari Kota ke Kampung Rambutan, dari Pulogadung ke Lebakbulus, dari Grogol ke Serpong, terus berputar-putar. Bayangkan bila semua bus tersebut diselimuti gambar-gambar indah, betapa hiburan mata tak pernah lepas.

Sementara itu sebuah tatanan gambar iklan yang bagus adalah medium untuk meng-asah sensibilitas masyarakat atas dunia seni rupa yang lebih luas. Biasanya dari sensasi-sensasi gambar iklan itulah seseorang akan dibawa menuju ke penikmatan karya seni rupa yang menyimpan dimensi spiritual lebih dalam. Sebagai public art seni rupa di tubuh bus sangat menjanjikan jangkauan penikmatan yang nyaris tak terbatas.

Dibanding dengan kota-kota besar lain di negara maju, gambar-gambar iklan di tubuh bus Jakarta belum jauh berkembang. Meskipun cikal bakal seni rupa di bus ini sudah muncul 40 tahun lalu, ketika Perum PPD mengiklankan Colgate's odol di pundak opletnya. Gambarnya sederhana, seorang wanita muda berbaju encim nampak tersenyum kepada semua orang. Giginya yang putih berkilatan, di sebelahnya gambar odol.

Meski belum optimal, kecenderungan bersenirupa iklan di kendaraan umum - biasanya bus - dalam empat tahun terakhir bukan main meningkat. Sebuah data menulis, tahun 1993 total pengeluaran untuk media di luar ruang Rp 35 milyar. Tahun 1994 naik tiga kali lipat menjadi Rp 176 milyar. Tahun lalu terbilang lebih dari Rp 250 milyar. Satu dari media luar ruang itu adalah iklan di tubuh bus yang dianggap sebagai sarana promosi efektif.
(penulis naskah Agus Dermawan T)









0 komentar:

Posting Komentar